Hari Tanpa Bayangan
Banda Aceh Alami Hari Tanpa Bayangan, Masyarakat Bisa Menikmatinya
Benda yang tidak memiliki bayangan
INFOBENCANA | ACEH - Fenomena kulminasi ata Hari Tanpa Bayangan Matahari merupakan fenomena langka karena bisa 1-2 kali terjadi setahun, fenomena tersebut terjadi saat deklinasi matahari sama dengan posisi lintang yang mengamati. Lintasan Bumi yang elips pada saat mengelilingi matahari dan berotasi dengan gerak semu matahari 23,5 derajat di sisi utara dan selatan akan mempengaruhi efek kulminasi wilayah tropis.
Staf BMKG, Andrean Simanjuntak menjelaskan secara geografis, Indonesia yang terletak di kawasan tropis pada koordinat 6°LU-11°LS dan membelah garis khatulistiwa menerima sinar matahari cukup lama dan hal tersebut memungkinkan sinar matahari berada pada suatu titik tepat berada tegak lurus di atas kita. Selain hal tersebut, posisi deklinasi Matahari sama dengan lintang geografis wilayah Indonesia, maka Matahari akan berada tepat di atas kepala kita saat tengah hari antara jam 12.00 - 13.00 WIB. Ketika Matahari berada tegak lurus di atas wilayah Indonesia, bayangan yang terbentuk oleh benda tegak lurus pada posisi suatu benda, sehingga fenomena ini dapat disebut sebagai Hari Tanpa Bayangan Matahari.
Fenomena kulminasi ini bisa diamati secara langsung pada saat tengah hari mulai 7 September hingga 21 Oktober 2022 dan dapat diamati dari berbagai wilayah tergantung dari letak geografis masing-masing daerah dan kondisi cuaca pada saat kulminasi berlangsung. Pada daerah provinsi Aceh, beberapa wilayah bisa diamati seperti di Sabang: 7 September, 12.36.52 WIB, Banda Aceh: 8 September, 12.36.27 WIB, dan Langsa: 11 September, 12.24.52 WIB. Secara historis, kulminasi di Banda Aceh terjadi pada tahun lalu pada bulan Maret dan September 2021, dan pada tahun 2022 terjadi lagi pada hari Kamis, 8 September 2022 tepat setahun dari kejadian sebelumnya.
Lebih lagi, Andrean Simanjuntak menambahkan fenomena ini adalah fenomena astronomi biasa yang tidak menimbulkan bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami serta kondisi meteorologis seperti angin kencang atau hujan lebat. Selain itu, fenomena kulminasi sedikit bisa mempengaruhi masa transisi musim identik dengan masa transisi, saat matahari bergerak ke selatan, belahan bumi selatan akan mengalami kenaikan suhu permukaan laut dan memasuki musim hujan.
Sedangkan pada saat matahari bergerak ke utara, wilayah tersebut akan mengalami musim kemarau. Masyarakat juga bisa mempraktekan dengan meletakkan benda tegak dan melihat efek bayangan sehingga bisa lebih menambah edukasi terkait fenomena astronomis di Indonesia.
Editor :Andre